Kamis, 27 Desember 2007

Mencari Pemimpin Yang Kuat & Amanah

Pilwali dan Pilkada sedang marak diberbagai kota dan kabupaten di Indonesia dan Pemilu sudah didepan mata, sejumlah persoalan-persoalan masyarakat telah menunggu untuk diselesaikan. Pendidikan yang mahal, kesehatan yang tidak terjangkau, penggusuran PKL penanganan anak-anak jalanan, persoalan Perda Miras yang belum tuntas, dan sebagainya. Terlepas dari siapa yang terpilih menangani persoalan tersebut membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan amanah. Lalu bagaimana kiat islam membangun kepemimpinan yang kuat dan amanah?. Berbicara tentang kepemimpinan, ada tiga hal yang harus dimiliki (1) kualitas dan integritas orang yang memimpin (person): (2) sistem yang diterapkan; dan (3) sikap pihak yang dipimpin.

Pertama, pemimpin. Islam menegaskan pentingnya kualitas dan integritas diri pemimpin. Masyarakat yang baik hanya dapat lahir dari pemimpin yang memiliki visi menjadi pelayan masyarakat yang dicintai dan mencintai dengan syariat islam, bukan dengan mengeksploitasi ambisi. Rasul saw. Bersabda: sesungguhnya kalian akan memiliki ambisi untuk dapat memegang suatu jabatan. Padahal pada hari kimiat nanti jabatan itu menjadi suatu penyesalan (HR al-Bukhari, an-Nasa’i dan Ahmad). Sebaliknya pemimpin yang menipu rakyat, bermuka dua atau menjadi antek asing tidak bisa diharapkan mendatangkan kebaikan. Karena itu wajar bahwa Allah mengharamkan baginya surga. Rasul saw bersabda: Tidaklah seorang pemimpin memimpin rakyat dari kalangan kaum Muslim, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali diharamkan baginya masuk surga (HR al-Bukhari dan Muslim).

Baldah thayyibah akan terwujud jika pemimpinnya mendudukkan diri untuk melayani umat dengan sepenuh hati, melindungi masyarakat dengan sepenuh tenaga, memenuhi kebutuhan pokok individu dan memberi peluang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier, serta merealisasikan tujuan luhur syariah dengan menerapkan syariah islam.

Kedua, sistem. Nabi Muhamad SAW. jauh sebelum diangkat menjadi nabi, sudah dikenal sebagai orang yang jujur, mulia dan amanah. Semua karakter baik ada pada diri Beliau. Beliau bahkan digelari al’amin. Namun Allah SWT tidak hanya mencukupkan pada karakter pemimpin semata. Dia menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya berupa al’Qur’an dan as sunnah sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan aturan dari Allah itulah Beliau mengatur, mengurusi dan menghukumi manusia. Realitas ini memberikan ketegasan, bahwa negeri yang baik tidak hanya akan terwujud hanya dengan pemimpin yang akhlaknya baik. Tentu diperlukan aturan dan sistem yang juga baik.

Ketiga, koreksi dari rakyat, termasuk ulama. Pemimpin bukanlah malaikat. Karenanya ia bisa saja salah. Jika pemimpin yang salah dibiarkan, kezaliman akan menjadi hal yang dianggab sebagai hal yang wajar belaka. Untuk itu Islam mewajibkan adanya koreksi terhadap penguasa(muhasab li al-hukkam). Kata Nabi SAW ., ‘ siapa saja yang melihat penguasa lalim, yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah, melanggar janji Allah, menentang sunnah Rasulullah, melakukan dosa dan permusuhan terhadap hamba Allah, lalu ia tidak mengubah dengan perkataan dan perbuatan, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke temapt mereka masuk,” (lihat: Ath-thabari dalam At-Tarikh)

Akar Kelemahan Kepemimpinan

Faktor kelemahan pertama seorang pemimpin adalah tidak mandiri. Ia bergantung pada Negara besar, bahkan menjadi antek penjajah. Keputusan yang diambil selalu melihat sikap Negara besar. Sebagai contoh yaitu saat Presiden Indonesia mendukung resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) Nomor 1747 yang memberikan tambahan sanksi kepada iran. Padahal sudah menjadi rahasia umum, bahwa Amerika Serikat (AS) mencari legitimasi internasional untuk menyerang negeri Muslim Iran. Juru bicara Kepresidenan Andi Malarangeng pun mengakui dalam wawancara media massa, bahwa tiga hari sebelum dilakukan voting, Presiden AS George W.Bush menelepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal serupa terjadi pada massa pemerintahan sebelumnya.

Selain ketergantungan pada Negara lain, penguasa yang tidak tegas dan berani akan menjelma menjadi pemimpin yang lemah, tidak akan bisa mengatakan tidak!. Sejatinya, ketegasan ini ditunjukan dengan berpegang pada kebenaran. Salah katakana salah, benar katakana benar. Tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, SWT.

Sering kepemimpinan yang lemah adalah karena tidak adanya kesadaran ideologis dan politis. Langkah – langkah yang dilakukan lebih bersifat pragmatis. Pikirannya tertuju pada mempertahankan kekuasaan, memenagkan pemilu, mengembangkan bisnis keluarga atau partainya, dll; atau aktivitas yang dilakukannya hanya sekedar untuk menyenangkan pihak asing. Jika ini terjadi, hakikatnya pemimpin tersebut merupakan ‘budak’ yang tidak memiliki kemandirian. Apalagi jika kepemimpinannya tidak menjadikan Islam sebagai landasan, tidak takut akan siksa Allah ketika melanggar Syariah-Nya. Karenanya pemimpin seperti ini tidak dapat diharapkan membawa kebaikan dalam kepemimpinannya.

Kepemimpinan yang kuat dan amanah hanya akan lahir jika dasarnya adalah kepemimpinan yang ideologis. Artinya kepemimpinan harus dibangun oleh akidah islam dan syariahnya. Pemimpin dan rakyat sama- sama memahami dan berpegang pada akidah dan syariah islam. Tidak mengherankan, kepemimpinan seperti ini akan melahirkan rasa cinta diantara pemimpin dan rakyatnya. Sebab, tujuannya sama, yakni ingin masuk surga bersama-sama melalui ketaatan pada Syariah-Nya. Tegas sekali penjelasan dari Rasulullah Muhamad SAW:’ Sebaik-baik imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian serta yang kalian doakan dan mendoakan kalian. Seburuk-buruk imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian yang kalian laknat dan mereka juga melaknat kalian (HR Muslim, Ahmad dan ad-Darimi).

Penolakkan terhadap ideologi penjajah dan penegakkan sistem islam. Rasulullah SAW mencontohkan hal ini. Di Makkah, Beliau menolak kekuasaan karena sistem kejahiliaan Quraisy masih bercokol. Berbeda dengan itu, Beliau justru menerima tawaran kekuasaan di Madinah pasca Hijrah dengan menerapkan Islam secara kaffah. Sekularisme yang menopang kapitalisme, pluralisme, dan liberalisme harus ditolak. Penggantian tunggalnya adalah: jadikan akidah Islam sebagai landasan dalam kehidupan dan terapkan syariah islam yang memberikan rahmat bagi masyarakat plural. Rombak sistem pendidikan yang matrelialistik, keluarga konsumeristik, ekonomi kapitalistik, dll dengan sistem Islam.

Penciptaan sosok pemimpin yang baik. Untuk itu perlu dibangun kesadaran ideologis dan politik penguasa.Dicetak pula pemimpin yang memiliki visi dan misi serta tegas dan berani. Mereka ditempa dengan akidah, sembari melaksanakan dan memperjuangkan syariah. Ketakutan mereka hanya kepada Allah. Sebaliknya mereka gagah berani menghadapi kaum kafir imprelialis. Betapa gagah beraninya khalifah Abdul Hamid saat didesak oleh pimpinan Yahudi dukungan Inggris, Hertzl, yang meminta beliau mengakui imigrasi orang-orang yahudi ke Palestina. “Tanah Palestina bukanlah milikku. Ia adalah milik umatku” tegasnya. Betapa canggihnya visi khalifah Harun ar-Rasyid dengan membangun pusat ilmu pengetahuan di Baghdad. Para khalifah telah mencapai misi memimpin dunia lebih dari 12 abad.

Di antara misinya adalah melayani rakyat. Pemimpin islam dicetak bukan untuk menjadi ahli kompromi politik atau mengadopsi kepentingan politis, melainkan untuk menjadi pelayan rakyat. Caranya, terapkan sistem islam yang menjamin hal tersebut terlaksana mulai dari pemilihan sampai pengoreksian penguasa. Dengan cara itu umat islam dapat melahirkan Umar bin Abdul Aziz abad kini yang berhasil mengentaskan kemiskinan hingga tidak ada lagi rakyat yang berhak menerima rakyat.

Ciptakan tradisi amar ma’ruf nahi mungkar. Salah satu bentuk penting dari amar ma’ruf nahi mungkar adalah mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkam). Dalam islam, masyarakat di dorong untuk berkata baik sekalipun pahit, dan mengoreksi penguasa (QS Ali Imran [3]:104). Partai politik /ormas maupun individu, termasuk ulama, akan meluruskan penyimpangan penguasa dari Islam. Wallahu a’lam.

Ummu Syaddad

Tidak ada komentar: