Kamis, 27 Desember 2007

Pohon Syuhada di Libanon (Keajaiban dari Allah)

Ahad, 5 Ogos 2007

Pohon Para Syuhada Di Bint Jbeil, Nama Baru Untuk Bint Jbeil:"Ibukota Yang Dipenuhi Keajaiban Allah"(Bint Jbeil- Ratusan para pelawat terus menyerbu Bint Jbeil, sebuah bandar di Selatan Lebanon yang digelar sebagai sebuah ibukota kepada Perjuangan Islam, datang daripada seluruh pelusuk Lebanon dan dunia untuk menyaksikan sendiri 'Pohon Para Syuhada', sebatang pohon yang dipotong pada tahun 2005 dan dipamerkan di dalam dewan utama bandar itu sebagai mengingati para pejuang yang telah syahid dalam peperangan dengan Israel).
Pada hari Rabu, 1 Ogos 2007, pohon tersebut mengejutkan penduduk-penduduk bandar tersebut apabila dedaunan hijau semulajadi tumbuh daripada dahan-dahannya. Dahan-dahan itu juga dikelilingi oleh titisan-titisan yang harum baunya yang keluar daripada sebuah garisan keretakan yang secara tiba-tiba wujud pada pohon tersebut.

Pohon tersebut dipenuhi dengan kepingan-kepingan kayu kecil yang terukir nama-nama para syuhada di atasnya dan ia dicat dengan warna coklat gelap, sebagai simbolik kepada warna tanah di kawasan itu yang telah menyerap darah-darah para syuhada. Selepas perang dengan Israel pada Julai 2006 yang lepas, sejumlah 43 lagi kepingan kayu tersebut ditambah pada pohon itu yang terukir di atasnya nama-nama para syuhada yang syahid dalam peperangan yang terbaru itu.

Para penduduk bandar tersebut merasa sangat kagum apabila mendapati jumlah dedaunan yang tumbuh daripada dahan-dahan tersebut jumlahnya adalah 43 helai.

Minggu ini, Bint Jbeil mengenang semula jasa-jasa para syuhada tersebut yang mengorbankan jiwa mereka setahun yang lalu dalam peperangan dengan Israel. Waktu di mana kejadian ini berlaku adalah dianggap sebagai keajaiban daripada Allah sebagai sanjungan kepada para syuhada tersebut.

"Pada malam Sabtu yang lalu, kami menganjurkan sebuah majlis sambutan untuk meraikan kemenangan dalam perang setahun yang lalu," kata seorang penduduk.

"Kami tempat duduknya di dalam dewan itu, beliau menanyakan tentang pohon itu dan melihatnya dengan penuh hormat setelah Haji Selim Bazzi (seorang yang terhormat di bandar itu) menerangkan kepadanya mengenai idea monumen berkenaan dan bagaimana ia dibuat. Tiada sebarang daun pun yang kelihatan pada waktu itu. Segalanya adalah seperti biasa".

Para imigran Lebanon telah menempah tiket-tiket penerbangan daripada Amerika, Kanada dan Australia, sementara yang lain daripada kawasan-kawasan yang berlainan di Afrika dan rantau Teluk, telah mula memenuhi bandar ini untuk melihat sendiri monumen itu.

"Bint Jbeil telah digelar sebagai Ibukota Perjuangan dan Pembebasan, ibu kepada para syuhada dan sebuah kota para pelaksana revolusi," komen daripada penduduk yang lain, "Kini ia mempunyai nama yang baru : Ibukota Yang Dipenuhi Keajaiban Allah. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya ke atas bandar yang suci ini dan para syuhadanya serta para pejuangnya dan semoga Allah merahmati sesiapa sahaja yang mempunyai sebuah hati yang murni dan yang mahu mengambil pengajaran daripadanya.Allaahu Akbar!Selawat!!!

Isnin, 6 Ogos 2007
Keajaiban Pokok Ini Adalah Satu Anugerah Allah Untuk Seluruh Manusia Sebagai Petunjuk Kepada Ketinggian Darjat Dan Maqam Para Syuhada Di Bint Jbeil Yang Sanggup Menyabung Nyawa Mereka Untuk Menghadapi Kezaliman Israel di Lebanon...Allaahu Akbar!!!

A King With 4 Wifes

Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri. Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat nanti, isteri ketiganya ini akan meninggalkannya. Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya yang satu ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah, dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia bisa membantunya melalui masa-masa sulit itu. Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.

Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa kematiannya sudah dekat. Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu berpikir, "Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku pergi, mungkin aku akan sendiri".

Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, "Sampai saat ini, aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?"

"Tidak akan!" balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.

Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya, "Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau tetap mengikuti dan selalu bersamaku?"

"Tidak!" sahut sang isteri. "Hidup ini begitu indah! Saat kau meninggal, akupun akan menikah kembali!" Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.

Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri keduanya, " Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku?"

"Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu!" jawab isteri keduanya. "Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut menemanimu menuju pemakamanmu." Lagi-lagi, jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan menghancurkan hatinya.

Tiba-tiba, sebuah suara berkata : "Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi." Sang raja menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita kekurangan gizi. Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang raja berkata sendu, "Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku masih punya banyak kesempatan!"

Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai '4 isteri' dalam hidup kita.... 'Isteri keempat' kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu dan usaha yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus, tetap saja dia akan meninggalkan kita saat kita meninggal. Kemudian 'Isteri ketiga' kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita. Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain. Sedangkan 'isteri kedua' kita adalah keluarga dan teman-teman kita. Tak peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, tetap saja mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke pemakaman. Dan akhirnya 'isteri pertama' kita adalah jiwa, roh, iman kita, yang sering terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu. Padahal, jiwa, roh, atau iman inilah yang akan mengikuti kita kemanapun kita pergi. Jadi perhatikan, tanamkan dan simpan baik-baik dalam hatimu sekarang! Hanya inilah hal terbaik yang bisa kau tunjukkan pada dunia.

Berpelukan Dengan Pohon Durian

"Pagi itu saya sedang beberesih dan bebenah rumah’ tutur Ibu Sapiah.
‘…tiba tiba saya mendengar suara keras sekali seperti ledakan bom dan diikuti dengan goncangan keras.’ Ibu Sapiah berteriak memanggil kedua anaknya

" Ya Allah naak ini kiamat..kiamat " sambil berlari keluar. Semua orang panik dan ketakutan..tak lama kemudian air bah datang, semua orang teriak teriak:

' Air...air..air. .!!! Naak sini naak ini kiamat, ini kiamat...'
Lalu ia mencari anak anaknya. Yultisa usia 10 yang paling besar sudah melarikan diri kegunung. Si Ibu mengajak kedua anaknya yang kecil untuk lari kegunung. Syahril sudah lari pula kebukit dengan cepatnya. Ibu Sapiah memegang erat anaknya yang kecil, namun apa daya… sang ombak Tsunami tiba tiba memampas anaknya Yuliana, memisahkan mereka. Terlepas. Ibu Sapiah panik dan berteriak..

' Pa. ..pa anakku lepas, anakku lepas....' setengah histeris. Mereka suami istri berupaya menyelamatkan diri berlari kearah gunung. Mata mereka seakan berkunang kunang, tak tahu apa yang bisa mereka lihat kecuali warna kelabu kelam dengan suara gemuruh yang begitu menakutkan.

'Piaaah..daaah biarin anak kita hilang. Selamatkan dirimu, cepat lari !' ujar suaminya, keras sekali.

‘Saya sudah tidak tahu apa yang terjadi sama diri saya dan saya tetap mencari anak saya, Yuliana. Saya ingat, saya di tergulung dengan ombak tapi sekali saja lalu dihempas kedarat. Kayanya 2 atau tiga kali ombak Tsunami terjadi, saya nggak ingat bu. Waktu lemparan pertama saya setengah terhempas kepinggiran lalu saya berenang, tiba-tiba saya lihat ada anak kecil terapung, lalu saya berfikir ' Ehh..ini anak siapa ini, kasihan amat, lalu saya ambil dan saya gendong...oh. .ternyata anak saya sendiri, ya Allah anakku…! oh saya seneng sekali.

'Ibuu Yul jangan dilepas lagi..uuuuhhh ' Yul menangis sekuat tenaga lalu saya gendong, Yul pegangan dipundak saya, lalu mencoba berenang ke daratan. Tiba tiba saya terlempar lagi kearah bukit, tapi tidak terbawa oleh sang ombak, pas terdampar dipohon durian.Karena saya takut tersambar lagi saya manjat sekuat tenaga. Kepohon itu. Betul saja, saya melihat air datang lagi mengejar kami, sayapun naik dan terus memanjat sang pohon..’ tutur bu Sapiah diringi air mata, mengenang perjuangan untuk menyelamatkan dirinya.

“Saya melihat air besar datang lagi saya pegangan erat dengan pohon yang besar dan kasar itu..’ ia mengulangnya, dengan rasa bersyukur.” Naah sesudah air tidak datang lagi dan saya yakin sudah aman saya melihat kebawah dan air surut dan nampak tenang, barulah kami turun.

“Entah bagaimana kami bias memanjat pohon durian yang besar itu, padahal saya tidak pernah bisa manjat pohon. Pohon durian itu besar batangnya dan kasar….dengan pertolongan Allah kami bisa turun kebawah lalu kami mendaki gunung”. Bu menyatkan rasa syukurnya akan kebesaran Allah.

“Kami duduk meratapi dan memikirkan kiamat yang begitu cepat...lalu saya teriak teriak memanggil anak saya Yulrisa dan Syahril, mereka mendengar suara saya…mereka datang mendekat, kami bertangisan dan berpelukan. Badan dan baju kami penuh lumpur. Ombak Tsunami membawa lumpur warna abu-abu kecoklatan dan baunya uuuh tidak sedap, namun kami bersabar saja", tambahnya lagi.

“ Itu bener-benera kiamat bu, walaupun kecil’ ia meyakinkan saya. “Digunung kami diam beberapa jam lalu kami mencari kelapa yang ada, anak saya Syahril memecahkannya lalu kami minum airnya. Dengan susah payah kami pecahkan si kelapa dan kami makan dagingnya, ya alhamdulillah kami bertahan hidup beberapa hari dibukit dengan kelapa”.

Turun kedarat
‘Kami tidak mendapat pertolongan dan tidak ada yang memberi tahu harus kemana, jangankan yang menjemput. Akhirnya kami turun kedaratan mencari jalan ketempat yang aman. Susah sekali karena kami tidak pake sepatu atau sandal…wah ngeri sekali, kami berjalan sekitar 2- 3 kilometer, syukurlah akhirnya kami tiba di kantor kecamatan dan alhamdulillah saya dan keluarga lainnya menempati tenda ini bu....’ ibu Sapiah mengakhiri pengalamannya yang dahsyat itu, sambil menyilahkan saya untuk masuk kedalam tendanya.

Saya berpura-pura menerma undanganya,masuk kedalam tenda, membongkok dan menggenggami uang sebesar limapuluh ribu untuk menutupi kebutuhan sehari hari mereka. Lalu saya pamit untuk berkunjung ke tenda-tenda lainnya. Mereka melepas kami, relawan dengan rasa bungah akan perhatian dan kunjungan kami.

Diceritakan oleh ibu Sapiah dan suaminya pak Zainal Abidin usiaa 45, ditenda berwarna biru, dihalaman kantor Kecamatan Lhoong pada awal Februari 2005. (Al Shahida)


London, 26 Desember 2007

Mengenal IntraWeb

IntraWeb merupakan salah satu cara baru paling revolusioner untuk membuat aplikasi berbasis web (web-based application). IntraWeb merupakan tool yang sangat baik dan praktis untuk membangun aplikasi Internet, Intranet dan Extranet dengan cepat dan mudah layaknya kita membuat aplikasi desktop. Banyak tool pengembangan web yang mengharuskan user agar memiliki pengetahuan CGIScript, JavaScript, PHP, atau ASP, namun IntraWeb tidak demikian. Dengan cara yang sederhana, membangun aplikasi web hanya dengan menggunakan komponen-komponen yang ada dalam Delphi, memasukkannya ke dalam server dan client dapat langsung mengakses aplikasi IntraWeb memakai web browser. Karena fleksibilitasnya, IntraWeb dapat juga dijalankan sebagai aplikasi standalone seperti layaknya aplikasi desktop pada umumnya. Ide dibalik IntraWeb adalah untuk membangun aplikasi web dibandingkan dengan membangun web site. Ketika kita bekerja dengan WebSnap atau WebBroker, kita berpikir tentang web page dan page producer, dan bekerja dengan HTML. Tetapi ketika kita memakai IntraWeb, kita akan berpikir tentang komponen, properties dan event handler sebagaimana Anda bekerja dalam Delphi.


Kenapa IntraWeb ?
IntraWeb adalah suatu aplikasi web (web application). Membangun aplikasi web sangat berbeda dengan membangunan web site, dan IntraWeb menjadi yang pertama dan merupakan tool yang secara khusus digunakan untuk menciptakan aplikasi web. Hal ini memungkinkan kita untuk membangun aplikasi web lebih mudah dan lebih cepat. Intraweb memungkinkan para pengembang untuk mendesain aplikasi web dengan cara yang sama seperti ketika membangun aplikasi desktop. Dengan menggunakan drag and drop, pengembang aplikasi web dapat meletakkan kontrol pada form, membuat event dan men-set properties. Kode pada aplikasi adalah murni Delphi, dan tidak memerlukan pengetahuan tentang HTML atau JavaScript.


Arsitektur IntraWeb
Dalam IntraWeb kita dapat membangun aplikasi web dengan arsitektur yang berbeda-beda. Kita dapat membangun aplikasi web dalam arsitektur application mode atau dalam arsitektur page mode. Aplikasi web dengan arsitektur application mode dapat dibangun sebagai ISAPI Library, Apache modules atau sebagai IntraWeb StandAlone mode (termasuk arsitektur IntraWeb). Sedangkan aplikasi web dengan arsitektur page mode dapat dibangun dengan banyak aplikasi WebBroker (ISAPI, CGI, dan sebagainya). Seperti yang telah disebutkan, IntraWeb memiliki 3 (tiga) arsitektur yang berbeda, yaitu :
Pertama, StandAlone mode. StandAlone merupakan cara paling cepat untuk melakukan debugging aplikasi karena aplikasi web dalam arsitektur standalone dapat dijalankan pada Delphi IDE. Aplikasi standalone juga dapat dibangun pada Intranet (Internal Network) dan membolehkan user untuk bekerja secara offline pada komputernya masing-masing dengan antar muka (interface) web. Kedua, Application mode. Dalam arsitektur application mode aplikasi IntraWeb dapat dibangun pada web server komersial dengan membuat Apache module atau IIS Library. Application mode memiliki session management serta semua feature-feature IntraWeb dan merupakan cara yang tepat untuk membangun aplikasi pada World Wide Web. Ketiga, Page Mode. Arsitektur page mode merupakan suatu cara untuk mengintegrasikan IntraWeb kedalam aplikasi WebBroker dan WebSnap. Kita dapat menambahkan feature-feature pada program yang ada atau menggunakan teknologi lain untuk membangun sebagian site dinamis yang berbasis pada HTML. Untuk memakai IntraWeb dalam aplikasi CGI, satu-satunya pilihan yang dapat kita pakai adalah arsitektur page mode. Tetapi dengan memakai arsitektur page mode dalam CGI akan menghilangkan feature-feature session management. StandAlone server IntraWeb tidak mendukung Page mode.


Form Management
Semua form yang dipakai oleh aplikasi IntraWeb harus form khusus IntraWeb. Bekerja dengan form IntraWeb sedikit berbeda dengan bekerja pda form standar Delphi. Sebagai contoh, semua form yang ditampilkan harus menggunakan method Show. Dengan kata lain, method Show Modal tidak disupport dalam aplikasi IntraWeb. Mulai versi 6, IntraWeb memakai sebuah update mode yang sangat meningkatkan kinerja aplikasi. Model update ini disebut partial update. Form aplikasi saat ini mempunyai sebuah properties baru, disebut UpdateMode. Setting properties ini pada umAll akan memaksa IntraWeb memakai update mode standar. Update mode standar merupakan update mode tradisional ketika seluruh form direfresh. Setting properties ini pada umPartial akan menyebabkan form untuk refresh hanay ketika dibutuhkan untuk direfresh, ini meningkatkan secara signifikan kecepatan aplikasi, khususnya pada koneksi yang lambat. Partial update adalah teknologi paling inovatif dalam pengembangan web. Dalam pemakai yang berat pada DHTML, update mode ini hanya tersedia pada browser versi terakhir yang mendukung JavaScript dan CSS dengan HTML 4.0 Ketika memakai partial update, beberapa hal penting harus dipertimbangkan. Berikut adalah kondisi-kondisi dimana partial update tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya :
Pertama, jika UpdateMode diset pada pilihan umPartial, maka TerminateAndRedirect (AURL, AMsg) tidak akan bekerja dengan baik dan benar. Kedua, tidak men-support pembuatan control secara “on the fly” setelah form dikonversi ke dalam format HTML. Ketiga, komponen Treeview tidak dapat bekerja dengan baik jika UpdateMode diset pada pilihan umPartial. Keempat, Upload file tidak dapat berkerja dengan baik dan benar jika UpdateMode diset pada pilihan umPartial. Kelima, komponen-komponen dinamis yang Anda diciptakan secara “on the fly“ tidak bekerja dengan baik jika UpdateMode diset pada pilihan umPartial. Untuk memakai komponen-komponen dinamis secara “on the fly“, Anda harus memakai update mode umAll. Keenam, perubahan size pada control saat runtime tidak dapat bekerja ketika Update Mode diset pada pilihan umPartial. Ketujuh, Runtime assignment pada event handler tidak dapat bekerja jika UpdateMode diset pada pilihan umPartial.


Mengelola form dalam aplikasi IntraWeb hampir sama dengan mengelola form pada aplikasi standar Delphi tetapi dengan sedikit pembatasan :

Pertama, hanya satu form yang mungkin bisa ditampilkan pada satu waktu. Ini karena form secara aktual ditampilkan dalam sebuah browser. Kedua, form Modal tidak dapat dipakai karena hanya satu form yang dapat ditampilkan dalam satu waktu. Oleh sebab itu secara esensial sebenarnya semua form adalah form Modal. Ketiga, dalam IntraWeb, form harus WebApplication.

Debugging
Ketika kita memakai IntraWeb dengan arsitektur standalone, melakukan debugging sama seperti melakukan debugging pada aplikasi Delphi atau aplikasi visual lainnya. Saat menjalankan aplikasi IntraWeb dalam arsitektur standalone, kita dapat mengaktifkan debug output untuk melihat session dan HTTP request. Jika terjadi kesalahan (error) pada aplikasi IntraWeb selama start up, maka aplikasi akan dihentikan dan mencatat error dalam sebuah file log (*.err) sehingga aplikasi dengan sebuah file log yang akan dipakai. Saat kita mendapatkan trouble ketika menjalankan aplikasi, kemungkinan trouble tersebut dihubungkan dengan file log. File log adalah file teks dan dapat dilihat dengan Notepad atau teks editor lainnya. Error yang terjadi adalah error diluar blok program seperti package yang dibutuhkan tidak ada, link dengan file DLL tidak dapat dideteksi atau tidak dapat melakukan log kedalam file log.


Abu Syaddad

Mencari Pemimpin Yang Kuat & Amanah

Pilwali dan Pilkada sedang marak diberbagai kota dan kabupaten di Indonesia dan Pemilu sudah didepan mata, sejumlah persoalan-persoalan masyarakat telah menunggu untuk diselesaikan. Pendidikan yang mahal, kesehatan yang tidak terjangkau, penggusuran PKL penanganan anak-anak jalanan, persoalan Perda Miras yang belum tuntas, dan sebagainya. Terlepas dari siapa yang terpilih menangani persoalan tersebut membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan amanah. Lalu bagaimana kiat islam membangun kepemimpinan yang kuat dan amanah?. Berbicara tentang kepemimpinan, ada tiga hal yang harus dimiliki (1) kualitas dan integritas orang yang memimpin (person): (2) sistem yang diterapkan; dan (3) sikap pihak yang dipimpin.

Pertama, pemimpin. Islam menegaskan pentingnya kualitas dan integritas diri pemimpin. Masyarakat yang baik hanya dapat lahir dari pemimpin yang memiliki visi menjadi pelayan masyarakat yang dicintai dan mencintai dengan syariat islam, bukan dengan mengeksploitasi ambisi. Rasul saw. Bersabda: sesungguhnya kalian akan memiliki ambisi untuk dapat memegang suatu jabatan. Padahal pada hari kimiat nanti jabatan itu menjadi suatu penyesalan (HR al-Bukhari, an-Nasa’i dan Ahmad). Sebaliknya pemimpin yang menipu rakyat, bermuka dua atau menjadi antek asing tidak bisa diharapkan mendatangkan kebaikan. Karena itu wajar bahwa Allah mengharamkan baginya surga. Rasul saw bersabda: Tidaklah seorang pemimpin memimpin rakyat dari kalangan kaum Muslim, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali diharamkan baginya masuk surga (HR al-Bukhari dan Muslim).

Baldah thayyibah akan terwujud jika pemimpinnya mendudukkan diri untuk melayani umat dengan sepenuh hati, melindungi masyarakat dengan sepenuh tenaga, memenuhi kebutuhan pokok individu dan memberi peluang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier, serta merealisasikan tujuan luhur syariah dengan menerapkan syariah islam.

Kedua, sistem. Nabi Muhamad SAW. jauh sebelum diangkat menjadi nabi, sudah dikenal sebagai orang yang jujur, mulia dan amanah. Semua karakter baik ada pada diri Beliau. Beliau bahkan digelari al’amin. Namun Allah SWT tidak hanya mencukupkan pada karakter pemimpin semata. Dia menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya berupa al’Qur’an dan as sunnah sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan aturan dari Allah itulah Beliau mengatur, mengurusi dan menghukumi manusia. Realitas ini memberikan ketegasan, bahwa negeri yang baik tidak hanya akan terwujud hanya dengan pemimpin yang akhlaknya baik. Tentu diperlukan aturan dan sistem yang juga baik.

Ketiga, koreksi dari rakyat, termasuk ulama. Pemimpin bukanlah malaikat. Karenanya ia bisa saja salah. Jika pemimpin yang salah dibiarkan, kezaliman akan menjadi hal yang dianggab sebagai hal yang wajar belaka. Untuk itu Islam mewajibkan adanya koreksi terhadap penguasa(muhasab li al-hukkam). Kata Nabi SAW ., ‘ siapa saja yang melihat penguasa lalim, yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah, melanggar janji Allah, menentang sunnah Rasulullah, melakukan dosa dan permusuhan terhadap hamba Allah, lalu ia tidak mengubah dengan perkataan dan perbuatan, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke temapt mereka masuk,” (lihat: Ath-thabari dalam At-Tarikh)

Akar Kelemahan Kepemimpinan

Faktor kelemahan pertama seorang pemimpin adalah tidak mandiri. Ia bergantung pada Negara besar, bahkan menjadi antek penjajah. Keputusan yang diambil selalu melihat sikap Negara besar. Sebagai contoh yaitu saat Presiden Indonesia mendukung resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) Nomor 1747 yang memberikan tambahan sanksi kepada iran. Padahal sudah menjadi rahasia umum, bahwa Amerika Serikat (AS) mencari legitimasi internasional untuk menyerang negeri Muslim Iran. Juru bicara Kepresidenan Andi Malarangeng pun mengakui dalam wawancara media massa, bahwa tiga hari sebelum dilakukan voting, Presiden AS George W.Bush menelepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal serupa terjadi pada massa pemerintahan sebelumnya.

Selain ketergantungan pada Negara lain, penguasa yang tidak tegas dan berani akan menjelma menjadi pemimpin yang lemah, tidak akan bisa mengatakan tidak!. Sejatinya, ketegasan ini ditunjukan dengan berpegang pada kebenaran. Salah katakana salah, benar katakana benar. Tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, SWT.

Sering kepemimpinan yang lemah adalah karena tidak adanya kesadaran ideologis dan politis. Langkah – langkah yang dilakukan lebih bersifat pragmatis. Pikirannya tertuju pada mempertahankan kekuasaan, memenagkan pemilu, mengembangkan bisnis keluarga atau partainya, dll; atau aktivitas yang dilakukannya hanya sekedar untuk menyenangkan pihak asing. Jika ini terjadi, hakikatnya pemimpin tersebut merupakan ‘budak’ yang tidak memiliki kemandirian. Apalagi jika kepemimpinannya tidak menjadikan Islam sebagai landasan, tidak takut akan siksa Allah ketika melanggar Syariah-Nya. Karenanya pemimpin seperti ini tidak dapat diharapkan membawa kebaikan dalam kepemimpinannya.

Kepemimpinan yang kuat dan amanah hanya akan lahir jika dasarnya adalah kepemimpinan yang ideologis. Artinya kepemimpinan harus dibangun oleh akidah islam dan syariahnya. Pemimpin dan rakyat sama- sama memahami dan berpegang pada akidah dan syariah islam. Tidak mengherankan, kepemimpinan seperti ini akan melahirkan rasa cinta diantara pemimpin dan rakyatnya. Sebab, tujuannya sama, yakni ingin masuk surga bersama-sama melalui ketaatan pada Syariah-Nya. Tegas sekali penjelasan dari Rasulullah Muhamad SAW:’ Sebaik-baik imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian serta yang kalian doakan dan mendoakan kalian. Seburuk-buruk imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian yang kalian laknat dan mereka juga melaknat kalian (HR Muslim, Ahmad dan ad-Darimi).

Penolakkan terhadap ideologi penjajah dan penegakkan sistem islam. Rasulullah SAW mencontohkan hal ini. Di Makkah, Beliau menolak kekuasaan karena sistem kejahiliaan Quraisy masih bercokol. Berbeda dengan itu, Beliau justru menerima tawaran kekuasaan di Madinah pasca Hijrah dengan menerapkan Islam secara kaffah. Sekularisme yang menopang kapitalisme, pluralisme, dan liberalisme harus ditolak. Penggantian tunggalnya adalah: jadikan akidah Islam sebagai landasan dalam kehidupan dan terapkan syariah islam yang memberikan rahmat bagi masyarakat plural. Rombak sistem pendidikan yang matrelialistik, keluarga konsumeristik, ekonomi kapitalistik, dll dengan sistem Islam.

Penciptaan sosok pemimpin yang baik. Untuk itu perlu dibangun kesadaran ideologis dan politik penguasa.Dicetak pula pemimpin yang memiliki visi dan misi serta tegas dan berani. Mereka ditempa dengan akidah, sembari melaksanakan dan memperjuangkan syariah. Ketakutan mereka hanya kepada Allah. Sebaliknya mereka gagah berani menghadapi kaum kafir imprelialis. Betapa gagah beraninya khalifah Abdul Hamid saat didesak oleh pimpinan Yahudi dukungan Inggris, Hertzl, yang meminta beliau mengakui imigrasi orang-orang yahudi ke Palestina. “Tanah Palestina bukanlah milikku. Ia adalah milik umatku” tegasnya. Betapa canggihnya visi khalifah Harun ar-Rasyid dengan membangun pusat ilmu pengetahuan di Baghdad. Para khalifah telah mencapai misi memimpin dunia lebih dari 12 abad.

Di antara misinya adalah melayani rakyat. Pemimpin islam dicetak bukan untuk menjadi ahli kompromi politik atau mengadopsi kepentingan politis, melainkan untuk menjadi pelayan rakyat. Caranya, terapkan sistem islam yang menjamin hal tersebut terlaksana mulai dari pemilihan sampai pengoreksian penguasa. Dengan cara itu umat islam dapat melahirkan Umar bin Abdul Aziz abad kini yang berhasil mengentaskan kemiskinan hingga tidak ada lagi rakyat yang berhak menerima rakyat.

Ciptakan tradisi amar ma’ruf nahi mungkar. Salah satu bentuk penting dari amar ma’ruf nahi mungkar adalah mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkam). Dalam islam, masyarakat di dorong untuk berkata baik sekalipun pahit, dan mengoreksi penguasa (QS Ali Imran [3]:104). Partai politik /ormas maupun individu, termasuk ulama, akan meluruskan penyimpangan penguasa dari Islam. Wallahu a’lam.

Ummu Syaddad

Menyoal Sengketa Tanah

Kasus tanah semakin tajam antara warga vs warga, warga vs Negara, warga vs tentara, dst. Rakyat miskin terusir dari tanah airnya sendiri, hanya karena tidak mampu membeli sebidang tanah untuk tempat tinggal, sampai-sampai nyawa menjadi taruhannya.

Setelah sebelumnya persoalan sengketa tanah terjadi di Meruya Selatan, Jakarta Barat, antara PT. Porta Nigra dan warga Meruya Selatan yang nyaris menimbulkan bentrokan berdarah, kini media dihiasi dengan kasus penembakan warga desa Alastelogo di Pasuruan Jawa Timur oleh pasukan mariner, penembakan yang berujung pada tewasnya 4 (empat) orang warga dan 8 (delapan) orang luka-luka juga dipicu oleh persoalan sengketa tanah yang sudah berlangsung sejak tahun 1998. Kepala Badan Pertnahan (BPN) Joyo Winoto Nasional mengatakan bahwa sedikitnya terdapat 2.810 kasus sengketa tanah skala nasional. Kasus sengketa tanah yang berjumlah 2.810 kasus itu tersebar di seluruh Indonesia dalam skala besar. Yang berskala kecil jumlahnya lebih besar lagi, katanya.

Setidaknya ada 3 (tiga) factor penyebab masalah sengketa tanah tersebut. Pertama Sistem administrasi pertanaha, terutama dalam hal sertifikasi tanah, yang tidak beres. Adanya sertifikat kepemilikan tanah ganda misalnya, adalah salah satu dampaknya. Masalah ini muncul boleh jadi karena sistem administrasi yang lemah dan mungkin pula karena banyaknya oknum yang pandai memainkan celah-celah hukum yang lemah. Dalam kasus sengketa tanah di Meruya Selatan, misalnya hal itu diakui oleh anggota Komisi II Anhar Nasution. Beliau mengatakan, ada dugaan kasus ini muncul ketika Pemda DKI mengalihkan aset tanahnya seluas 301 hektar di daerah itu. Namun, pengalihan aset itu tidak dilakukan secara tertib sehingga terjadi penggelapan data dan informasi. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II DPR Priyo Budi Santoso menduga, kesimpangsiuran kepemilikan lahan tersebut disebabkan adanya “kongkalingkong” oknum Pemda, aparat BPN dan Pihak lain (Republika.co.id, 23/05/2007. Kedua Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata. Ketidakseimbangan dalam distribusi kepemilikan tanah ini baik untuk tanah pertanian maupun bukan pertanian telah menimbulkan ketimpangan baik secara ekonomi, politis maupun sosiologis. Dalam hal ini, masyarakat bawah, khususnya petani/penggarap tanah memikul beban paling berat. Ketimpangan distribusi tanah ini tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang cenderung kapitalistik dan liberalistik. Atas nama pembangunan tanah-tanah garapan petani atau tanah milik masyarakat adapt diambilalih oleh para pemodal dengan harga murah. Di pualu Jawa saja dalam kurun waktu tiga tahun (1991-1993) tanah sawah produktif yang beralih fungsi seluas 57.987, 50 ha, 16.452,30 ha untuk perumahan dan industri, 5.210,20 ha untuk perusahaan/perkebunan, dan 26.774,20 ha untuk peruntukan lainnya diluar sector pertanian seperti tempat rekreasi elitis, lapangan golf, dll. Ketiga Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat), tanpa memperhatikan produktivitas tanah. Akibatnya, secara legal (de jure), boleh jadi banyak tanah bersertifikat dimiliki oleh perusahaan atau para pemodal besar, karena mereka telah membelinya dari para petani/pemilik tanah, tetapi tanah tersebut lama ditelantarkan begitu saja. Di Jabotabek saja, misalnya, luas lahan yang dikuasai pengembang swasta sejak tahun 1998 mencapai sekitar 100.000 ha. Dan 75 % diantaranya dibiarkan terlantar (Indonesia- house,org, 14/10/03). Ironisnya ketika masyarakt miskin mencoba memanfaatkan lahan terlantar tersebut dengan menggarapnya, bahkan ada yang sampai puluhan tahun, dengan gampanya mereka dikalahkan “hak”-nya di pengadilan tatkala muncul sengketa.

Bagaiman Islam Mengatasi Masalah Sengketa Tanah Tersebut.

Pertama kebijakan menghidupkan tanah mati (ihya’al-mawat). Dalam hal ini, Syariah Islam mengizinkan siapa saja yang memiliki kemampuan untuk menghidupkan tanah-tanah yang mati (tidak produktif) dengan cara mengelolah/menggarapnya yakni dengan menanaminya. Setiap tanah yang mati, jika dihidupkan/digarap oleh orang, adalah milik orang yang bersangkutan. Ketentuan ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW Siapa saja yang telah mengelolah sebidang tanah, yang bukan milik orang lain, maka dialah yang paling berhak (HR. Al-Bukhari). Siapa saja yang memagari sebidang tanah (kosong) dengan pagar, maka tanah itu menjadi miliknya. (HR. Abu Dawud). Siapa saja yang menghidupkan sebidang tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya (HR. Al-Bukhari). Hadis ini berlaku mutlak bagi siapa saja, baik muslim maupun non muslim. Hadis ini menjadi dalil kebolehan bagi siapa saja untuk menghidupkan/memagari tanah mati tanpa perlu izin kepala Negara (khalifah). Alasannya, karena perkara-perkara yang mubah memang tidak memerlukan izin khalifah (An-Nabhani, 1990-138). Kedua: Kebijakan membatasi masa berlaku legalitas kepemilikan tanah, dalam hal ini tanah pertanian, yang tidak produktif alias ditelantarkan oleh pemiliknya, selama 3 (tiga) tahun. Ketetapan ini didasarkan pada kebijakan khalifah Umar bin al-khathab ra. yang disepakati (ijma) oleh para sahabat Nabi SAW. Beliau menyatakan orang yang memagari tanah tidak berhak (atas tanah yang dipagarinya itu) setelah (menelantarkannya) selama tiga tahun. Dengan ketentuan ini, setiap orang tidak bisa seenaknya memagari tanah sekaligus mengklaimnya secara sepihak, sementara dia sendiri telah menelantarkan lebih dari tiga tahun, orang lain berhak atas tanah tersebut. Ketiga Kebijakan Negara memberikan tanah secara cuma-cuma kepada masyarakat (igtha ad-dawlah). Hal ini didasarkan pada af-al (perbuatan) Rasulullah SAW, sebagaimana yang pernah beliau lakukan ketika berada di Madinah. Hal yang sama juga dilakukan oleh khulafaur Rasyidin sepeninggal beliau (An-Nabhani, 1990;120). Pemberian Cuma-Cuma dari Negara ini berbeda faktanya dengan menghidupkan tanah mati. Perbedaanya, menghidupkan tanah mati memang berhubungan dengan tanah mati, yang tidak dimiliki seseorang dan tidak ada bekas-bekas apapun (pagar tanaman, pengelolaan, dll) sebelumnya. Adapun pemberian tanah secara Cuma-Cuma oleh Negara tidak terkait degan tanah mati, namun terkait dengan tanah yang pernah dimiliki/dikelola oleh seseorang sebelumnya yang karena alasan-alasan tertentu, seperti penelantaran oleh pemiliknya diambilalih oleh Negara, lalu diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan. Keempat Kebijakan subsidi Negara. Setiap orang yang telah memiliki/ menguasai tanah akan dipaksa oleh Negara (khalifah) untuk mengelolah/menggarap tanahnya. Tidak boleh membiarkannya jika mereka tidak punya modal untuk mengelola atau menggarapnya, maka Negara akan memberikan subsidi kepada mereka. Kebijakan ini perna ditempuh oleh khalifah Umar Bin Al-Khaththab ra. Beliau pernah memberikan dan dari baitul mal (kas Negara) secara Cuma-Cuma kepada petani rak, yang memungkinkan mereka bisa menggarap tanah pertanian serta memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Jadi, hanya dengan kembali ke aturan Allah persoalan diatas dapat diselesaikan dengan tuntas, juga persoalan lainnya, wallahu a’lam.


Ummu Syaddad

Rabu, 26 Desember 2007

Berapa Lama Kita DiKubur ??

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya. Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915: 20- 01-1965"
"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk Neneknya...
"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah..." Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.
"Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... " Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910"
"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah", jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.
"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.
"Iya kan yah?" Ayahnya tersenyum,
"Lalu?"
"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya. Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas .....
"Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.
Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur .... Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata... Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un .... Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan? Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani. Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan... Dan apa yang akan datang di depannya...

"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."

Tahun ini James Tak Perlu Natalan

Tahun ini, James mengaku tak lagi merayakan Natalan. Ia tak ikut berkumpul dengan keluarganya menyantap kalkun dan alkohol. Tapi ia bahagia!

Hidayatullah. com--James mengakui bahwa perjalanan menuju Islam cukup lama baginya, 'sepuluh tahun' sejak ia berkenalan dengan teman-teman Muslim di tempat kerjanya. Ia tak paham dan agak menyesali kenapa harus begitu lama ?
Suatu petang James datang ke tempat ku memenuhi janjinya untuk memasang scanner dan printer. Ia datang usai bekerja. Ditemani teh hangat ala Inggris, saya bertanya pada sahabat muallaf yang begitu baik menolongku untuk membersihkan komputer dari virus sekaligus membenahi file di komputerku.

“Bagaimana perasaan kamu pada bulan Desember ini? Apakah suasana Natalan tahun ini masih ada pengaruh pada dirimu? tanya saya padanya. “Well I am happy because I can get away this time, completely”, ujarnya ceria. Inilah saat paling bahagia bagi James. “Tanpa perayaan, tidak ada tekanan untuk membeli makanan, maupun alkohol, aku sebenarnya merasa bebas dan ini pertama kali yang pernah saya rasakan. Saya sudah tak akan merayakan Christmas (Natalan) lagi.”

James membuka lagi kenangan masa lalunya. Ia bercerita bahwa tahun lalu, walau ia sudah segan dan wegah merayakan Natalan, namun karena dalam kondisi fikiran masih kacau --antara menghormati orangtua nya dan keraguan terhadap agamanya-- ia masih ingin melakukan kebiasan dan tradisi keluarganya, merayakan Natalan.

Sebagaimana diketahui, hampir setiap keluarga di Inggris, menurutnya, mempercayai bahwa ini bukan perayaaan keagamaan tapi melulu acara tradisi budaya Eropa yang sudah dilakukan ratusan tahun. “Sudah tradisi!”, begitu istilahnya. Mereka berkumpul sekali dalam setahun. Rata-rata keluarga Inggris berkumpul dan menghidangkan masakan ayam kalkun yang di panggang dalam oven lengkap dengan sayur mayur dan ditutup dengan puding krismas yang begitu berat, plus ditambah makanan lainnya dan tak lupa ditemani alkohol. Puncak dari acara ini, tentunya, membagikan hadiah bagi keluarga.

Namun belakangan banyak diakui, kalau acara seperti ini adalah ‘tradisi Pagan’ guna memuja “Dewa Matahari”, dengan cara merayakan malam terpanjang.

Tahun ini, si James tak akan menghadiri perayaan ini. Bertepatan dengan perayaan ulang tahun ibundanya ke 70, ia menjelaskan asalan mengapa kali ini dirinya tak akan menghadiri lagi perayaan ini.

“'So don't worry about chrismast pudding and Turkey Mum I just would not join the christmast this time”, ' ujarnya. “..alhamdulillah mereka paham dan menghargai keputusan saya”, tegasnya.

Sebetulnya banyak yang membujuk James untuk datang dan berkumpul dengan adik dan kakak serta para keponakannya. “Tapi, ibu saya kan tidak akan bisa dan tak paham memasak daging atau ayam halal, lagian walaupun ini bukan acara ritual atau relijius, kalau saya hadir berarti saya merestui perayaan ‘pagan’ mereka”, ujar James. Belum lagi nanti pada acara minum alcohol. “Mereka akan menonton dan mentertawakanku jika tidak minum”, ujarnya.

“Well, masya Allah, mereka menyambut baik dan menghargai keputusanku dan bahkan cukup supportif, dan mereka tahu sekarang saya Muslim dan saya tunjukan sajadah”, ujar James. Begitulah keputusan James. Kali ini, ia merasa terbebas dari beban beratnya.

Jadi apa yang akan kamu lakukan di hari natal nanti?”, tanyaku kembali. “Oh..saya sudah booking tiket 20 Desember ini, kabur ke Spanyol, dengan teman Muslim saya. Ingin melihat Alhambra dan sejarah peninggalan Islam di Spanyol”, ujarnya.

Bagaimana dengan anak-anakmu? “Mereka sama ibunya dan neneknya. Biarkan tahun ini anak-anak sama ibu mereka, merayakan Natal. Nanti jika saya sudah punya rumah sendiri saya ajak mereka pindah kerumahku. And they will follow me…”, ujarnya sambil tertawa lebar seakan yakin kalau anaknya akan mengikuti jejaknya. Demikian cerita si James. Tapi itu nama masa lalu. Kini, ia kerap dipanggil brother Zakariyya.

Jumpa Pertama
Saya ingat, suatu Ahad, saat pertama kali berjumpa dengannya di sebuah pengajian “StepstoAllah” di Islington, London utara. Jamse saat itu belum Muslim, ia masih mencari-cari dan meyakinkan dirinya. Entah bagaimana saat pengajian usai, ia berbisik kepada Hilaal. “I think now I would like to take shahadah…I like to do it in the mosque, what do you think?”. Dengan serta merta Hilaal menyambutnya. Kamipun terkejut, sekaligus terharu mendengarnya.

Langsung, saya panggil ia dengan 'brother' walau James belum resmi Muslim. “Brother, are sure you want to be Muslim? tanyaku, “Well….hmm yess!”, begitu gaya James berbicara dengan santun dan pelan. Sekalian mengetes keyakinannya, saya bertanya agak lebih serius. “Apa kamu merasa yakin? bagaimana media akan mengungkapkan kita sebagai suatu yang sangat jelek dan extreemist jika kamu memilih menjadi seorang Muslim?”. “Apa tak sebaiknya dibatalkan?”, tanyaku.

"Ya aku mengetahuinya. Mmm saya yakin tentang itu, terutama hari ini, aku kira tentang masalah ini telah aku pikirlan sangat lama. Tak akan menggangguku apapun yang dikatakan media. Sebab aku tidak mempercayai mereka. Dan hari ini aku lebih yakin”, demikian James menambahkan. Ia mengaku, mestinya ia sudah lama bershahadat dan masuk Islam namun ia terlalu banyak pertimbangan. “I am a very slow to decide' ujarnya lagi.
James mengumumkan sekaligus mengundang kami lewat email rencana untuk melakukan shahadat. Di suatu hari Sabtu, di musim panas tahun 2007 , tepat ba'da dzuhurdi Masjid Regent Park, London James mengucapkan dua kalimah syahadat disaksikan beberapa teman. James hari itu mengenakan baju kemeja Koko ala Pakistan berwarna putih. Ia nampak tenang. “Assalamualaikum sister, thank you”, sapanya kepadaku.


Kami mendekatinya dan mengucapkan selamat kepadanya, “Well Done, congratulation, Mabruk…!” Saya menyaksikan penuh haru dan entahlah, akhirnya kami yang wanita atau sister dapat giliran untuk mengucapkan selamat dan hanya dengan isyarat saja, tidak bersalaman. Usai berfoto, kami ke kantin untuk bertasyakur.”Lets go to cantin to celebrate..”, undangnya. Sejak itu, James berganti nama menjadi Zakariyya. “Yes my namae is Zakariyya with two wai (maksudnya y) ..” Di SMS dia serong menyingkatnya menjadi Zak, atau bro Zak. Kadang lebih sering menyingkatnya menjadi initial Z.

Hadiah untuknya dari para sahabat. Ada yang memberi kitab Al-Quran, buku tentang Islam, sajadah dll-nya. Kerlip lampu camera bergantian mengabadikan peristiwa penting ini. Akhirnya kami menikmati minuman dan makanan kecil berupa cheese cake. Ia tak hentinya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga, ia merasakan seperti mendapatkan keluarga baru.
Minggu depan kami berjumpa lagi dengan Zakariyya dipengajian. Lalu saya tanya bagaimana perasaan dia sejak ia menjadi Muslim. Konon ia merasa bahagia dan sepertinya betul-betul sudah Muslim begitu lama, padahal baru seminggu.

Ramadhan pertama
Ramadhan tahun 2007 adalah merupakan tahun pertama bagi brother Zak melakukan shaum atau puasa. Baginya shaum merupakan pengalaman spiritual yang luar biasa, walau katanya pada dua hari pertama ia rasakan amat berat. Dan ia bisa memahami seperti apa laparnya, mereka orang-orang miskin yang papa yang tak mampu membeli makan, sedang secara fisik ia merasakan pembersihan racun-racun yang bersemayam ditubuhnya. “I really enjoyed fasting , it is like de-toxed your body, and I felt so light on the third week”, kesannya.

Meski menjadi Islam baru 16 bulan, tapi Zak merasakan seakan sudah lama berislam dan menjadi Muslim seumur hidup. Namun ia mengaku, sesungguhnya secara fitrah dirinya sudah Muslim telah lama. Sebab menurutnyadari dulu ia tak pernah yakin tentang ajaran agamanya.
Zakariyya menuturkan, kedua orangtuanya beragama Kristen tapi hampir tidak mempraktekan agamanya dan tidak ke gereja (they are not church goer). “Saya selalu mengalami kesulitan menerima ajaran Kristen”, kenangnya. “Begitu banyak doktrin yang tidak mudah dicerna dan diterima oleh logika”, tambahnya lagi.

Hal ini menyisakan perasaan dan jiwanya yang kosong secara fisik, ia mengaku sepertinya tak punya arti apa-apa. Ruang yang luas dan besar itu sepertinya betul-betul hampa untuknya. “Ada sesuatu yang mengganjal dan saat itu saya tidak tahu apa.

“Saya berkenalan dengan seorang Muslim sepuluh tahun lalu, seseorang yang setia dan masih tetap menjadi teman baik saya. Saya memiliki juga beberapa teman Muslim yang selalu membuat saya terkesan dengan kebaikan, dan ketenangan teman Muslim ini. Mereka sangat rendah hati, santun dan rasa kemanusiaannya sangat menonjol. Mereka selalu siap menolong, dan selalu siap menjawab semua pertanyaan saya tentang Islam. Terus terang saja bahwa saya tidak pernah terlintas sebelumnya dan terfikir bahwa saya akan menjadi pemeluk Islam. Ini luar biasa.!” ujarnya.

“Pada musim semi tahun 2006, lanjutnya lagi, saya berjumpa seseorang yang memberi saya inspirasi untuk menjamah Al-Quran dan membacanya. Kebetulan saya tinggal dengan teman baik saya ini. Dia amengundang saya untuk membaca Al-Quran. Nah untuk menyentuh dan mengambil kitab Al-quran itu sebetulnya tidak susah dan tidak memerlukan waktu dan tenaga banyak yang mesti saya lakukan. Saya tinggal berjalan dari sofa ke rak buku yang cuma beberapa langkah untuk mendapatkan Al-Quran, mengambil kitab itu dan membacanya.”

Terjemahan pertama yang ia baca adalah Al-Quran yang dipublikasi oleh Penguin Books. Menurutnya, ini bukan sebuah translasi yang terbaik, karena setelah dicermati si penerjemah cenderung untuk menafsikan semaunya dan tidak menerjemahkan secara benar atau dan tidak jujur tentang kebenaran. “Perasaan saya mengatakan seperti itu”, ujar Zakariyya.

Namun ada satu hal yang baik dari penerjemah bahwa ia menyarankan untuk membaca surat-surat pendek dulu sebagai pemula dan permulaan karena surat lainya yang panjang itu sangat kompleks.

“Ayat 55 dari surat Ar Rahman dan ayat-ayat pada surat-surat At-Takwir (surat 81) itu saya kaitkan dan kesimpulan yang saya ambil membuat saya termangu dan merenung yang membuat saya begitu takjub dengan Al-Quran dan agama Islam”, begitu kesimpulannya.

'Saya ingat waktu pertama kali saya membaca Al-Quran, saya merasakan getaran dan dorongan kuat dihati saya. Oh, ingin rasanya saya masuk Islam seketika. Agama Islam dan Al-Quran menawarkan ajaran yang sangat alami, mudah dipahami dan diterima dan dicerna oleh logika dan hati sedang di dalam Al-Quran juga banyak menceritakan kisah-kisah dan kehidupan para Rasul dahulu. Semua ajarannya seakan pas dengan kehidupan saya dan yang saya yakini”, begitu kenangnya.

Hanya dalam waktu dua bulan Zakariyya selesai membaca Al-Quran. “Usai membaca Al-Quran saya katakan kepada teman-teman Muslim dan keluarga tentang 'Penemuan Baru' saya ini, lalu saya katakan kepada mereka bahwa saya ingin masuk Islam dan sekaligus saya katakan alasannya mengapa. Saya katakan kepada mereka bagaimana dan apa itu Islam, juga makna untuk umum serta untuk kehidupan pribadi saya. Alhamdulillah keluarga saya mendukung dan paham akan perasaan saya.”

Sejam memeluk Islam, cukup banyak buku-buku dan literatur yang dibaca Zakariyya. Buku-buku seperti; Kehidupan Muhammad saw yang ditulis oleh Martin Lings dan beberapa buku yang ditulis oleh para muallaf (reverts). Saat ini ia sudah memulai membaca terjemahan Al-Quran lainnya dan membaca buku-buku Sejarah Rasulullah. Ia juga sering mengunjungi beberapa masjid disekitar London dengan beberapa teman, sekaligus mempraktekan sholat. Sekali seminggu, sepulang bekerja, ia belajar membaca Al-Quran dengan IQRA yang diajarkan oleh brother Hilaal.

Sebelum mengakhiri pembicaraan dengan saya, ia mengungkap sebuah ayat paling favorit yang sering ia ingat.

"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis) , Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan- perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS An-Nur:35).
[London, 17 Desember 2007. Ditulis oleh Al Shahida]

Suatu Hari Natal Orde Baru

Suatu pagi di bulan Desember, sekian tahun silam. Orde Baru dan Presiden Soeharto masih sangat berjaya. Pemerintahan tunggal Golkar-ABRI bukan saja berhasil membuat kaum Muslimin takut ber-Islam tetapi bahkan malu mengaku Muslim.
Saya bergegas masuk ke kantor tempat saya baru saja mulai bekerja sebagai wartawan sebuah koran di Jakarta, menaiki tangga sempit menuju lantai 2 bangunan sederhana di sebelah gedung megah perusahaan penerbitan terbesar di Indonesia. Saya membuka pintu newsroom dan berhadapan langsung dengan sebuah pohon Natal raksasa di tengah ruangan.

Begitu besar dan tingginya pohon tersebut sehingga pucuknya bukan sekedar menyentuh langit-langit namun bahkan melengkung dan tertekuk. "Ooops…" ujar saya, lalu berpaling kepada sekretaris pemimpin redaksi, seorang Muslimah keturunan Arab yang tidak berhijab.

''Natalnya masih lama Mbak…tapi sudah dipasang ya."
"Ya memang begitu,'' ujarnya dengan suara biasa saja.
Maka sejak hari itu sampai sekian waktu sesudahnya, saya bekerja di bawah naungan (dan keluar masuk newsroom melingkari) pohon Natal besar itu.

Dari waktu ke waktu saya lihat hiasannya bertambah, dan Mbak SekRed ikut membantu menambahkan. Dari waktu ke waktu saya lihat kesibukannya menerima dan mendistribusikan kiriman kartu dan hadiah Natal, baik yang ditujukan kepada Pak PemRed maupun staf lainnya.

Sampai tiba pengumuman akan dilangsungkannya perayaan Natal di kantor pada suatu sore; seluruh karyawan diharapkan hadir untuk bersalam-salaman dengan mereka yang merayakan Natal. Ada makanan dan minuman disediakan – belakangan saya menandai bahwa dalam berbagai perayaan di kantor itu selalu disediakan minuman keras yang dikonsumsi oleh banyak sekali orang, mulai dari direktur (yang sebenarnya Muslim keturunan Arab namun kuat minum khamr sampai wajahnya merah dan bicaranya mulai ngelantur) sampai anggota Satpam. Kalau sudah begitu, saya tinggal menunggu pemandangan tak enak orang-orang yang antre di depan kamar mandi sementara yang di dalamnya muntah dengan suara keras, ''hoek, hoek.''
Di sore perayaan Natal itu, saya kembali dari liputan di DPR sekitar waktu Ashar. Begitu masuk kantor, suasana meriah sudah terlihat. Orang lalu lalang dan turun naik membawa makanan dan minuman di tangan dari dan ke lantai 2 tempat berlangsungnya acara.

''Apaan tuh?'' tanya saya berlagak bego.
"Makan-makan Mbak," jawab seorang petugas kebersihan berseragam hijau.
''Banyak banget makanannya."
"Emang ada apa?"
"Kan Natalan."
"Ooh…" sahut saya lalu bergegas menuju mushala, sebuah ruangan sementara dengan dinding tripleks bercat putih di lantai dasar. Saya shalat lamaaaaaaaa…. sekali.

Bukan karena saya orang shalih, tapi karena saya bingung. Maklum, ilmu agama cuma sedikit, tapi otak saya sudah mengingatkan kembali bahwa haram hukumnya bagi seorang Muslim mengucapkan selamat hari Natal atau ikut dalam perayaan-perayaannya, sementara hati saya pun sudah menjerit,

"Jangan naik ke atas, jangan bergabung dengan mereka."
Tapi, bagaimana caranya menunjukkan sikap ini tanpa menimbulkan masalah tambahan bagi saya? Saya ini pegawai baru yang masih berstatus karyawan percobaan, satu-satunya wartawan berjilbab di sebuah koran yang didominasi kaum Nashara.

Saya harus menghadapi tantangan dobel: membuktikan bahwa saya Muslimah pintar dan berprestasi di kantor, sekaligus sabar menghadapi diskriminasi terhadap Muslimah berjilbab saat itu. Masa' saya masih harus menambahkan cap ekstrimis dan radikal serta anti-toleransi beragama karena tidak mau ikut Natalan, ke dalam gerobak masalah saya?

Saya memperlama shalat saya karena saya berdoa dulu, minta petunjuk Allah tentang bagaimana sebaiknya bersikap.

''Ya Allah, apa sebaiknya saya keluar kantor saja lagi ya? Bilang saja, mau wawancara narasumber kek. Ah, tapi tadi sudah ada sejumlah teman non-Muslim yang melihat saya datang. Gimana dong ya Allah?''
Selama-lamanya shalat dan berdoa, kan tidak mungkin terus menerus. Akhirnya selesai juga shalat dan munajat saya, sementara saya masih dalam keadaan bingung. Saya duduk bersandar lamaaa…sekali di dalam mushala.

Silih berganti para lelaki Muslim (yaitu pegawai cleaning service berseragam hijau) masuk untuk shalat Ashar (sementara para karyawan lain yang mengaku Muslim sudah ramai tertawa-tawa makan minum di atas). Ada seseorang yang bertanya,

''Mbak nggak ke atas?''
''Nggak ah,'' jawab saya. Lalu, nggak tahu dari mana asalnya, tapi kayaknya dari Allah, terlontar dari mulut saya.

''Kan Muslim nggak boleh menghadiri perayaan Natal. Haram kan?'' Si petugas kebersihan itu terdiam sejenak. Tangannya mengusap-usap wajahnya yang masih basah oleh wudhu.

"Jadi kita nggak usah ke atas?'' Saya tahu biasanya petugas cleaning service tidak diajak pesta atau perayaan, dan baru berani mengambil makanan sesudah kaum elit (misalnya, PemRed, Direktur-direktur, Editor, Reporter) menghabiskan sebagian besar hidangan. Tapi saya jawab juga,

''Kalau saya sih nggak ah. Di sini aja ah. Sampai pesta selesai.''
''Gitu ya Mbak?''
''Ya lah.''

Tak lama kemudian, masuk seorang karyawan yang lebih senior daripada saya, seorang lelaki Muslim. Siap-siap shalat.

''Nggak ke atas Mas? Selama ini, bagaimana Anda bersikap pada kesempatan seperti ini?''
Dia memahami maksud pertanyaan saya. Lalu dia menjelaskan panjang lebar pergulatan batinnya pada saat-saat seperti itu; di satu pihak, ada unspoken rule bahwa semua karyawan, tidak perduli agamanya, harus mengikuti perayaan Natal karena bukankah karyawan Nashara juga ikut dalam perayaan Idul Fitri? Di lain pihak, dia pun tahu bahwa haram hukumnya bagi seorang Muslim ikut perayaan Natal. Karena si Senior tampak bimbang, saya malahan menjadi lebih berani.

''Ya sudah Mas. Di sini saja. Sampai selesai.'' Itulah yang saya lakukan, ngumpet di mushala sampai perayaan Natal selesai. Begitu saya bersiap-siap mulai membuat berita, ada seseorang menyodorkan sepiring kecil berisi kue coklat yang tampaknya lezat sekali.

''Ini, aku sisihkan untuk teman yang tadi nggak hadir,'' katanya. Saya berterimakasih namun menolak.
''Maaf, saya ndak boleh makan ini.''
''Kenapa sih? Diet ya?" tanya si teman, matanya menyelusuri gamis longgar saya.
''Nggak. Itu kue Natal. Saya Muslim, nggak boleh ikutan Natal dan berarti juga nggak bisa ikutan makan kue-kuenya,' ' saya menjawab dengan nada ''dibiasa-biasain' ' saja. Padahal jantung berdentam-dentam cemas karena yang menawari kue sangat dekat dengan PemRed yang Kristen itu. Masih dengan gaya sok biasa, saya menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin lalu pulang. Dalam waktu singkat, seperti saya duga, sejumlah teman segera tahu bahwa saya ''mengharamkan' ' ikut perayaan Natal. Meski bukan saya yang ''mengharamkan' ' lho, tapi fatwa MUI dibawah pimpinan Almarhum Buya HAMKA.

Seorang teman, perempuan non-Muslim, menandai sikap saya ini. Suatu kali dalam kesempatan meliput bersama (maksudnya, saya ingin nebeng mobilnya), dia menanyakan hal itu dan saya jawab apa adanya. "Bagi Muslim haram hukumnya menghadiri perayaan Natal.''
Tiba-tiba saja dia menjawab, "Tahu nggak sih kamu, menurut agamaku, aku tuh nggak boleh bergaul sama kamu. Sebagai 'anak-anak terang', kami sebenarnya nggak boleh bergaul dengan kalian…''
Saya tidak tahu, apakah dia ingin mengatakan "tapi aku tetap bergaul denganmu karena aku bertoleransi' ' ataukah dia ingin mengatakan "aku berani melanggar larangan agamaku karena pekerjaanku mengharuskan aku bergaul dengan yang bukan anak-anak 'terang'?'' Yang terlintas di pikiran saya malahan ini:

"Apa ya, lawan katanya 'anak terang'?
Apakah 'anak gelap'?''
Tapi yang muncul dari mulut saya (yang mudah-mudahan karena dituntun oleh Allah Ta'ala) adalah ini, ''Lho, saya nggak apa-apa kok, kalau kamu nggak mau bergaul denganku. I'm only practicing my faith, Islam, so if you wish to observe your religious teaching, by all means, please do so. Saya melaksanakan iman Islam saya, jadi kalau kamu juga mau menjalankan agamamu, lha monggo.''
Teman saya ini hanya tersenyum kecil dengan gayanya yang cool. Lalu mengambil kunci mobil dan membukakan pintu bagi saya.

''Ayo naik,'' katanya, dan kami pun berangkat meliput.
Tak terasa setahun terbang begitu cepat, datang lah Desember berikutnya. Saya sempat memikirkan kembali bagaimana cara melarikan diri dari kantor pada waktu itu. Tetapi suasana kantor malahan adem ayem. Tak ada orang menggotong-gotong pohon Natal raksasa yang sampai mentiung karena tingginya. Hanya ada satu pohon Natal ukuran sedang di ruangan PemRed.
Dengan suara "dibiasa-biasain' ' saya hampiri Mbak SekRed. ''Nggak ada perayaan tahun ini Mbak?''
''Nggak. Nggak ada perayaan Natal. Nggak ada perayaan Idul Fitri,'' katanya.
''Ooh…''Saya tidak tahu bagaimana akhirnya pihak manajemen, yang dikuasai orang-orang Kristen taat, sampai pada keputusan itu dan mengapa. Emangnya gue pikirin? Yang penting, saya tidak usah bimbang lagi. Dalam hati saya berseru, ''Allahu Akbar! Nggak apa-apa nggak ada perayaan Idul Fitri di kantor! Enakan makan ketupat dan sayur pepaya masakan emakku di rumah!''

oleh Santi Soekanto

Alihkan Dana Hiburan Tahun Baru !!!

Pesta sejuta air mata kan tergelar di seantero Nusantara, di pergantian tahun ini. Kecuali jika kita mau singsingkan lengan, bahu-membahu menolong saudara di sini – persada ini - yang menderita. Taburkan sejumput asa agar luka terbalut, nyeri terlupa, harap mencerahkan. . walau sesaat.

Saudara, kami ingin kalian tahu bahwa kami peduli, walau ada mereka di sana yang sedang gembira larut dalam tamasya angan nan buaikan khayalan. Tiada nanti, hampa akan.. Bantu segera mereka, sekarang ! Sebelum sunyi lirih mereka mengharap uluran tangan.

Se-Indonesia terkena bencana !! Terutama kemarin dan hari ini di Jateng dan Jatim. Sebarkan dan tegakkan usaha untuk :
ALIHKAN DANA HIBURAN PERAYAAN TAHUN BARU UNTUK MENOLONG KORBAN BENCANA

Mendamaikan Rasa Takut & Cemas

Bertanya si Salik-sang murid kepada gurunya si Darwis-sang Mursyid : Bagaimana mendamaikan rasa takut cemas kepada-Nya dengan harap gembira kepada-Nya?

Jawabnya : himpunkan mereka dalam bercinta kepada-Nya, inilah thoriqoh para kekasih-Nya. Semoga kita dimudahkan dalam meneladaninya dan berhimpun dengan mereka.

Allah Tidak Pernah Tidur

Dari true story cerita teman, ceritanya bagus untuk dibagi, tapi mohon maaf jika penulisannya kurang baik. Maklum tidak pernah menulis.

Suamiku 3 hari ini sangat sibuk. Menemani anak2 bermain, antar jemput anak dan istri, menemani belanja, memperbaiki p era latan yg rusak, melihat kebun dan mencari titipan p era latan pancing utk temannya. Dia sendiri juga ingin membeli alat pancing. Suamiku hanya bilang, terpaksa harus membeli alat pancing, karena kalau pergi mancing (bukan hobi, hanya untuk menemani temannya) pinjam alat orang lain, tidak enak rasanya. Juga binmgung kalau membeli alat yg murah atau pancing ala kadarnya krn bukan hobi, takut juga ditertawakan teman2nya yg punya p era latan yg jauh lebih bagus dan takut juga tidk terpakai. Lihat sana , lihat sini, tidak ada yg cocok dihati. Akhirnya, tidak sempet ke toko pancing besar, nanti saja kalau ada waktu lebih panjang, kata suamiku dengan ringan.

Keesokannya tanpa diduga, seat pesawatnya down grade. Dan dikembalikan sejumlah uang yg cukup banyak kepada suamiku. Tentu saja dia kegirangan dan langsung bersama temannya membeli p era latan mancing yg cukup baik dan gratis tanpa mengeluarkan uang pribadi.
Rasanya, Subhanallah Allah mendengar dan langsung mengabulkan keperluan suamiku, dengan cara yang tak terduga. Tak cukup kata alhadulillah m era sakan hal ini. tapi sesuatu yang membludak di dada yg membuka p era saan bahwa Allah tidak pernah tidur dan akan memberikan rizkinya begitu saja lewat semua jalan tanpa diduga.

Seakan-akan, sudah diatur Allah tidak perlu membeli p era latan pancing sekarang tapi nanti.
Rasanya jadi takut mengecewakan Allah yang begitu perhatian kepada hambanya.
Selang 1 jam kemudian, HP berdering lagi dan suamiku memberitahukan ada lowongan konsultan dengan gaji yg lumayan utk ditawarkan kepada teman2nya. Setelah kontak sana sini, akhirnya siapakah temannya yg beruntung tsb ? ternyata temannya yang selama ini selalu sabar ditimpa kesulitan yang sering datang bertubi-tubi, yg hidup sangat ngepas, dan istiqomah dalam agamanya. Dan saat ini persis baru kena PHK. Yang ditawarkan mungkin akan melampaui 3-4 kali gajinya diluar fasilitas lainnya. Tidak bisa saya bayangkan betapa mereka sekeluarga akan sangat bersyukur atas karunia ini.

Saya merinding. Betapa Allah akan memberikan bonus kepada hambanya yg selalu sabar menghadapi ujian, yang selalu ingat kepada Nya. Walau pun cukup lama utk mendapatkan kenikmatan dunia, Allah mengatur agar hambanya siap dan matang lewat suatu proses, dan akhirnya jika prosesnya sudah selesai, maka reward itu akan diberikan yang salah satunya dalam kenikmatan dunia. Tapi, Allah pun akan mengambil kembali rewardnya jika kita tidak bisa menjaga harta sebagai amanah.

Subhanallah… rasanya Allah memang tidak pernah tidur dan selalu mendengar apa yg kita butuhkan tanpa diminta. Dan Allah tahu kapan waktu yang paling baik buat hambanya untuk menerima karunianya. Tergantung kepada kita bagaimana menyikapinya. Rasanya sangat bersyukur kepada Allah dalam 3 hari ini memberikan makna yang begitu dalam dan menyentuh.

Hikmah Sebuah Perjalanan

Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali ke Jakarta. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan.

"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu. Begitu pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.

"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya.
"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut.

Dia pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "Tak mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak atau Ibu." Molek budi bahasanya. Pemilik restoran itupun tak melarang dia keluar masuk restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya. Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan kaca jendela. Membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kue saya untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum.

Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.
Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya."Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.
Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Sayaterkejut, saya hentikan mobil, memanggil anak itu. "Kenapa Bang, mau beli kue kah?" tanyanya.

"Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang takberupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.

Dalam perjalanan, baru saya terpikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasarkasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.

sumber email seorang sahabat : ashfi60@yahoo.com

Belajar kejujuran dan peka dari sekitar, dari orang yang benar-benar tulus, bukan orang yang memiliki udang di balik batu.